Pencernaan merupakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih kecil. Proses pemecahan senyawa tersebut menghasilkan energi yang penting bagi kebutuhan sel, jaringan, organ dan makhluk hidup. Pencernaan merupakan proses kimia. Proses kimia membutuhkan adanya enzim untuk perubahan kimia bahan dasarnya. Enzim berperan dalam meningkatkan kecepatan reaksi tanpa mempengaruhi hasil reaksi dan tidak ikut bereaksi. Dalam proses pencernaan, enzim dihasilkan oleh berbagai organ, seperti usus halus, kelenjar ludah dan lambung. Enzim bersifat spesifik dalam proses pemecahan bahan kompleks(karbohidrat, protein, vitamin dan mineral)(Guyton,1992). Praktikum sistem pencernaan dilakukan dengan mengadakan uji terhadap keberadaan enzim di usus ikan dan menguji fungsi empedu dalam proses pencernaan. Pengujian dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan mendeteksi hasil dari kerja enzim. Pengujian dilakukan terhadap enzim amilase, enzim maltase, enzim tripsin dan pengaruh empedu terhadap lemak. Enzim diekstrak dari ikan mas (Cyprinus carpio).
| By share knowledge&experiences about the biology
Atas dasar keinginan untuk menjadikan unity para blogger dari sebuah komunitas dunia maya para mahasiswa, alumni, dan kalangan pemerhati dari civitas Biologi ITS, maka BLOGGER-BITS berkeinginan kuat ingin mempersatukan para blogger dengan dibuatnya weblog: www.kombits.blogspot.com
Weblog BLOGGER BITS berisikan tentang sharing keilmuan, aktivitas, dan produk Biologi ITS. Selain itu, Blogger-BITS ingin mendukung adanya e-learning bagi para mahasiswa dan dosen. Dan dengan harapan, hadirnya weblog ini menjadi sebuah wadah komunikasi di dunia maya bagi semua pihak yang pernah berkecimpung di Biologi ITS.
Beberapa fasilitas yang terus akan kami kembangkan adalah: link para blogger BITS, pusat download journal dan materi kuliah serta referensi buku-buku dalam hal Biologi untuk mendukung adanya e-learning, Serta tempat untuk promosi gratis bagi para alumni yang memiliki wirausaha mandiri.
Untuk pemesanan space iklan dan lain sebagainya bisa menghubungi via email: blogger.bits@gmail.com
PENDAHULUAN Salah satu diantara golongan Rauvolia adalah Rauvolia serpentine Benth, yang dikenal dengan nama pule pandak. Pule pandak termasuk dalam appendix II atau termasuk katagori genting (endagered species) (CITES/IUCN, 2003). Sejalan dengan hal ini di negara penghasil tanaman obat terbesar seperti Nepal, India dan Indonesia, pule pandak adalah salah satu dari banyak tanaman obat yang dinyatakan langka karena pemungutan masih langsung dari habitat alam . Nama asli tanaman ini di daerah India adalah pagal - ki - dawa, atau dalam bahasa sanskrit disebut sarphagandha (Sharma, 2003). Penggunaan tumbuhan dari golongan Rauvolia dalam bidang pengobatan telah berlangsung lama. Akar adalah bagian utama tanaman pule pandak yang dimanfaatkan meskipun sebenarnya daun dan batang juga bermanfaat. Pule pandak mengandung tidak kurang dari 50 macam alkaloid dan telah diisolasi. (bloggerBITS)
ANALISIS MIKROBIOLOGI AIR (disampaikan dalam matakuliah Mikrobiologi Laut oleh Dr. Ni'matuzahroh, Dosen Biologi Unair) •Harus menggunakan pendekatan ekologis •Pelaksanaan analisis dilakukan berdasarkan modifikasi dari metoda yang didapat di dalam –Modern Methods in the Study of Microbial Ecology (Rosswall, 1973) –Standard Methods (APHA, 1973) –Isolation Methods for Microbiologist (Shapton & Gilbert, 1968) •Hasil analisis berguna untuk : –Kepentingan pengelolaan lingkungan •(berhubungan dengan masalah sanitasi, kebersihan, kesehatan dan estetika) –Kepentingan bidang industri •(pengelolaan buangan limbah dll)
Jamur tiram (Pleurotus oestreatus)bentuknya seperti tiram dengan beberapa jenis warna, tetapi yang paling disukai konsumen jamur tiram putih. Jamur tiram tumbuh sepanjang tahun diberbagai iklim. Budidaya menggunakan media serbuk kayu sengon, ditumbuhkan di dalam rumah jamur intensitas cahaya kurang dari 40 lux, penyinaran tidak langsung, dan kelembaban ruang 80-85%. Jamur tiram termasuk tumbuhan hasil pertanian organik yang tidak mengandung kolesterol. Setiap 100 gram jamur tiram mengandung protein 19-35% dengan 9 macam asam amino; lemak 1,7 – 2,2% terdiri dari 72% asam lemak tak jenuh. Karbohidrat jamur Tiamin riboflavin dan niasin merupakan vitamin B utama dalam jamur tiram selain vitamin D dan C mineralnya terdiri dari K, P, Na, Ca, Mg, juga Zn, Fe, Mn, Co dan Pb. Mikroelemen yang bersifat logam sangat rendah sehingga aman dikonsumsi setiap hari. Konsumsi jamur tiram selama 3 minggu dapat menurunkan kadar kolesterol hingga 40%. Jamur tiram putih dapat diolah menjadi berbagai masakan untuk sayur, lauk dan makanan ringan.
Our current knowledge on production, composition, transport, pathways and transformations of organic carbon in tropical mangrove environments is reviewed and discussed. Organic carbon entering mangrove foodwebs is either produced autochthonously or imported by tides and/or rivers. Mangrove litter and benthic microalgae are usually the most important autochthonous carbon sources. Depending on local conditions, phytoplankton and seagrass detritus imported with tides may represent a significant supplementary carbon input. Litter handling by the fauna not only affects microbial carbon transformations, but also the amount of organic carbon available for export. Most mangrove detritus that enters the sediment is degraded by microorganisms. Aerobic respiration and anaerobic sulfate reduction are usually considered the most important microbial respiration processes, but recent evidence suggests that iron respiration may be important in mangrove sediments as well. Organic carbon that escapes microbial degradation is stored in sediments and in some mangrove ecosystems, organic-rich sediments may extend to several meters depth. Many mangrove forests also lose a significant fraction of their net primary production to coastal waters. Large differences occur between mangrove forests with respect to litter production and export. Mangrove-derived DOC is also released into the water column and can add to the total organic carbon export. Numerous compounds have been characterized from mangrove tissues, including carbohydrates, amino acids, lignin-derived phenols, tannins, fatty acids, triterpenoids and n-alkanes. Many of these may, together with stable isotopes, exhibit a strong source signature and are potentially useful tracers of mangrove-derived organic matter. Our knowledge on mangrove carbon dynamics has improved considerably in recent years, but there are still significant gaps and shortcomings. These are emphasized and relevant research directions are suggested.